IT AUDITOR
KELOMPOK SOFTSKILL
·
Danang Tri Pangestu
·
Ikhwal Rio Pambudi 14113259
·
Muhammad Cendekiawan 15113857
·
Muhammad Adha Fahruzi
·
Sandhi Faturahman 1A113531
ABSTRAK
Perkembangan zaman yang diiringi kemajuan teknologi, mendorong kita
untuk senatiasa berupaya meningkatkan kemampuan dalam hal penguasaan teknologi
informasi. Dalam hal ini kita juga harus memperhatikan Auditor dalam IT. IT
audit merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian dari infrastruktur teknologi
informasi secara menyeluruh. Audit teknologi informasi ini dapat berjalan
bersama-sama dengan audit finansial dan audit internal, atau dengan kegiatan
pengawasan dan evaluasi lain yang sejenis.
Kata kunci: Auditor, IT
Latar
Belakang Masalah
Audit merupakan suatu proses
pengumpulan data, penilaian ataupun pengevaluasian yang dilakukan untuk menilai
sesuatu apakah telah sesuai dengan kriteria yang mendasarinya. Audit terdiri
dari beberapa macam seperti audit keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional.
Di sini, penulis tertarik untuk membahas mengenai audit operasional. Audit
operasional merupakan audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi dan
efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk mencapai tujuan
organisasi tersebut. Efisiensi digunakan untuk sebaik apakah pemakaian sumber
daya suatu organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan efektivitas digunakan untuk menilai seberapa baik
kebijakankebijakan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan. Efisiensi dan
efektivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan erat satu dengan lainnya.
Efisiensi dan efektivitas ini merupakan hal yang sangat berperan penting dalam
peningkatan kinerja pelayanan suatu organisasi.
Audit operasional merupakan tinjauan
dari penilaian efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan atau prosedur kegiatan,
dimana pemeriksaan ini dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk
mengungkapkan dan memberikan informasi kepada manajemen mengenai masalah
operasi dan membantu manajemen dalam memecahkan berbagai masalah tersebut
dengan merekomendasikan berbagai tindakan perbaikan yang dibutuhkan. Audit
operasional sebagai bagian dari fungsi pengendalian merupakan suatu alat bagi
manajemen untuk mengukur dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.
Audit operasional berfokus pada evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas
organisasi. Dengan diterapkannya audit operasional maka auditor dapat melihat
sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai dan apakah kegiatan operasi
perusahaan telah dilakukan secara efektif dan efisien. Menurut pendapat Peter
A. Phyrr, yang dikutip oleh Nugroho Widjayanto dalam, menyatakan bahwa
“Pemeriksaan Operasional adalah suatu tinjauan dan penilaian efisiensi dan
efektivitas suatu kegiatan atau prosedur-prosedur kegiatan. Pemeriksaan ini
dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberikan
informasi kepada manajemen mengenai berbagai masalah operasi, meskipun tujuan
utama sebenarnya adalah untuk memecahkan berbagai masalah dengan
merekomendasikan berbagai tindak lanjut yang diperlukan” (2001:16).
Audit operasional sangat penting
dilaksanakan karena hasil audit tersebut bisa berupa rekomendasi yang sangat
berguna bagi pihak manajemen untuk menentukan dan menilai kebijakan-kebijakan
dan kegiatan organisasi apakah sudah tepat atau memerlukan adanya perbaikan
sehingga berpengaruh terhadap hasil dan kegiatan organisasi tersebut. Praktek
audit operasional secara umum biasanya dilaksanakan oleh auditor internal
walaupun tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh auditor pemerintah maupun
auditor eksternal. Audit operasional memiliki posisi strategis dalam mewujudkan
suatu organisasi untuk memiliki keunggulan bersaing. Hal ini relevan dengan
karakteristik dari audit operasional yaitu menilai dan memperbaiki metode dan
kinerja perusahaan, melalui standar kehematan, efisiensi, efektivitas dengan
orientasi masa depan (Kusmayadi,2008:2). Dengan demikian, audit operasional
dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, apakah suatu perusahaan telah
menjalankan operasionalnya sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah
ditetapkan atau tidak. Apabila suatu perusahaan menjalankan kegiatan
operasionalnya tidak sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang berlaku maka
akan berimbas pada menurunnya kinerja perusahaan.
Kasus yang terjadi pada Kimia Farma,
Bank Negara Indonesia dan kasus Bank Rakyat Indonesia menunjukkan lemahnya
aspek pengendalian yang dijalankan perusahaan sehingga prosedur baku dan
kebijakan yang telah ditetapkan tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Fakta
lain yang mengindikasikan terjadinya praktik tidak sehat yaitu pada PT
Dirgantara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kerugian perusahaan,
tahun 1997 mengalami kerugian 332 milyar rupiah, tahun 1998 kerugiannya naik
sebesar 282,65% atau menjadi sebesar 858,3 milyar rupiah, tahun 1999 turun
menjadi 75,4 milyar rupiah sebagai akibat dilaksanakannya restrukturisasi dan
pada tahun 2001 mengalami kerugian sebesar 74,7 milyar rupiah. Terjadinya
kecurangan atau praktik bisnis yang tidak sehat dalam kasus tersebut dapat
dianalogikan sebagai kebocoran sumber daya perusahaan yang berakibat terjadinya
inefisiensi dan tidak efektifnya operasional perusahaan bahkan secara akumulasi
dapat menyebabkan kebangkrutan (Kusmayadi, 2008:2).
Melihat kondisi pada saat ini, audit
operasional sangat diperlukan tidak hanya pada perusahaan ataupun organisasi
yang berorientasi laba. Namun, audit operasional juga diperlukan pada
organisasi nirlaba, seperti pada rumah sakit, lembaga pendidikan, panti jompo
ataupun panti asuhan. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai
audit operasional di rumah sakit. Karena, melihat kondisi saat ini dimana
aktivitas yang sangat tinggi, pola hidup yang tidak sehat serta beragamnya
jumlah makanan dan kurangnya olahraga mempengaruhi kesehatan suatu masyarakat.
Sehingga kebutuhan akan dunia kesehatan bertambah, hal ini mendorong
perkembangan medis yang begitu pesat, baik dari sisi pelayanan maupun
penemuan-penemuan dalam pengobatan serta sisi teknologi pada dunia medis.
Rumah sakit adalah institusi atau
organisasi yang memberikan jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas
secara komprehensif dan juga dalam penyelenggaraan pelatihan untuk para dokter
dan para medis serta pengembangan penelitian. Ekspektasi masyarakat terhadap
rumah sakit sangat tinggi, dimana masyarakat berharap rumah sakit dapat
menyembuhkan penyakit dan menyelamatkan hidup mereka. Dengan adanya harapan
yang besar ini,maka didirikanlah rumah sakit umum milik pemerintah maupun rumah
sakit milik swasta. Kebijakan pemerintah tentang pendirian rumah sakit,
poliklinik dan puskesmaspun merambah ke berbagai daerah. Masyarakat tidak hanya
memperhatikan kuantitas saja, tetapi juga kualitas yang diberikan oleh rumah
sakit menjadi prioritas utama dalam mendapatkan pelayanan yang maksimal. Rumah
sakit yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat juga perlu
diadakan audit operasional, karena manajemen rumah sakit harus dapat
menciptakan serta mendorong pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, baik itu
dari segi pelayanan, kinerja pegawai, persediaan obatobatan dan alat-alat medis
yang memadai serta kegiatan operasional lainnya. Berdasarkan hal tersebut
manajemen rumah sakit perlu mendorong
efektivitas pelayanan kesehatan masyarakatnya, untuk meningkatkan kinerja
pelayanan dari rumah sakit tersebut. Audit operasional diperlukan manajemen
rumah sakit ini dalam pengelolaan pelayanan kesehatan.
Dilihat dari kondisi masyarakat pada
saat ini yang sering bermasalah dalam hal kesehatan, pelayanan yang berkualitas
dari rumah sakit sangat diperlukan. Pelayanan yang berkualitas bisa didapatkan
dari kinerja para pegawai rumah sakit yang baik, fasilitas yang tersedia dalam
menunjang setiap pekerjaan, serta penggunaan bahan-bahan secara efektif dan efisien.
Sangat penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi kembali apa yang
menyebabkan beberapa masyarakat merasa kurang puas terhadap kinerja pelayanan
tersebut.
Di sini peneliti menggunakan audit
operasional sebagai alat analisa karena lebih memfokuskan pada pengevaluasian
efisiensi dan efektivitas rumah sakit yang dapat mempengaruhi kinerja dari
pihak rumah sakit tersebut. Dengan diterapkannya audit operasional ini, maka
auditor dapat melihat sejauh mana rumah sakit telah beroperasi, apakah telah
dilaksanakan evaluasi secara efektif dan efisien. Untuk menjamin adanya
efisiensi dan efektivitas operasi-operasi rumah sakit, maka perlu dijalankan
suatu pengendalian. Dengan adanya pengendalian dan digunakannya pengendalian
tersebut diharapkan semua aktivitas rumah sakit dapat dijalankan dengan efektif
dan efisien serta sesuai dengan kebijakan atau standar operasional prosedur
(SOP) yang telah ditetapkan, agar dapat mencapai tujuan rumah sakit. Masyarakat
merasa kurang puas terhadap kinerja pelayanan rumah sakit, walaupun satuan
pengawas intern (SPI) sudah berjalan tetapi kinerjanya masih kurang baik.
Pengendalian dan pengawasan yang dimaksud itu adalah satuan pengawas intern
(SPI) atas instalasi farmasi, karena aktivitas penyediaan obat-obatan, penyimpanan
persediaan, serta penyaluran obat-obatan merupakan hal yang sangat penting
dalam memperlancar aktivitas di rumah sakit.
Untuk melaksanakan tugas sesuai SK
Menkes RI No.983/Menkes/X1/92 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum, maka
rumah sakit menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi
menyelenggarakan pelayanan medik dan non medik, pelayanan penunjang medik
meliputi pelayanan diagnostik dan terapeutik. Farmasi merupakan salah satu dari
layanan penunjang medik terapeutik yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan
rumah sakit secara menyeluruh. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan
departemen yang dipimpin oleh apoteker, bertanggung jawab untuk pengadaan,
penyimpanan, distribusi obat, meningkatkan penggunaannya di rumah sakit, serta
memberi informasi dan menjamin kualitas pelayanan yang berhubungan dengan
penggunaan obat. Semua instalasi yang ada di rumah sakit berkoordinasi dengan
instalasi farmasi yang menyediakan kebutuhan obat dan alat kesehatan. Sehingga
keberadaan instalasi farmasi di rumah sakit sangatlah penting. Hal tersebut
terkait dengan fungsi dari instalasi farmasi itu sendiri yaitu: (1) usaha
pengadaan,distribusi dan pengawasan semua obat-obatan, (2) evaluasi dan
penyebaran informasi secara luas tentang obat-obatan beserta penggunaannya
untuk staf rumah sakit dan pasien dan (3) memantau dan menjamin kualitas
penggunaan obat. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi semua
pembekalan farmasi termasuk pemberian informasi yang dapat menjamin kualitas
pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan obat, oleh karena itu memerlukan
kegiatan monitoring yang cukup ketat. Karena monitoring merupakan upaya untuk
memantau atau menilai pola penggunaan obat.
Monitoring seharusnya dilakukan oleh
kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dengan cara memantau atau menilai
pola penggunaan obat serta upaya-upaya untuk menjaga dan meningkatkan mutu,
kerasionalan penggunaan obat di instalasi farmasi. Untuk memantau penggunaan
obat, melalui pelaporan sehingga pengendalian distribusi obat dapat diketahui.
Apabila kegiatan monitoring dilakukan dengan baik, kegiatan manajemen khususnya
perencanaan dapat dilakukan dengan tepat. Salah satu pelayanan medik yang
terdapat dalam rumah sakit adalah rawat inap. Rawat inap adalah merupakan
kegiatan pelayanan terhadap pasien yang masuk rumah sakit, yang menempati
tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi medik
dan atau pelayanan medik lainnya. Bagian rawat inap mempunyai kedudukan yang
sangat penting di rumah sakit dalam rangka menyelenggarakan fungsi utamanya.
Hal ini disebabkan karena unit rawat inap merupakan ciri khas rumah sakit, bila
unit ini tidak ada, instalasi kesehatan tersebut bukanlah suatu rumah sakit,
memerlukan tenaga dalam jumlah besar serta melibatkan semua profesi yang ada di
rumah sakit beserta peralatan-peralatannya, merupakan sumber pendapatan dan
sumber
pengeluaran terbesar di rumah sakit. Sehingga
monitoring distribusi obat perlu dilakukan.
Monitoring distribusi penggunaan obat oleh Instalasi
Farmasi Rumah
Sakit (IFRS) Bethesda Yogyakarta dilakukan kepala
bidang penunjang. Khususnya monitoring distribusi penggunaan obat di rawat inap
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi obat berdasarkan tingkat
penggunaan obatmenurut pasien, tingkat penggunaan obat berdasarkan tingkat
urutanpenggunaan paling banyak sampai tingkat penggunaan obat paling sedikit
digunakan.
Penelitian ini merupakan replikasi
dari penelitian Kusmayadi (2008) dengan menggunakan obyek penelitian yang
berbeda yaitu pada Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.Kontribusi penelitian ini
adalah melengkapi hasil penelitian sebelumnya dengan melakukan penelitian pada
perusahaan nirlaba.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “ANALISIS AUDIT OPERASIONAL ATASKINERJA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
BETHESDA YOGYAKARTA”.
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
permasalahan
penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Adanya
kasus beberapa perusahaan tidak melaksanakan operasionalnya sesuai prosedur dan
kebijakan yang telah ditetapkan.
2. Masyarakat
merasa kurang puas terhadap kinerja pelayanan rumah sakit.
3. Instalasi
farmasi belum melakukan audit operasional secara maksimal.
C. Pembatasan
Masalah
Agar lebih fokus dalam penulisan ilmiah ini penulis
hanya membatasi masalah pada salah satu bagian departemen pada rumah sakit.
Penulis membatasi penelitian ini pada analisis audit operasional atas kinerja
Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Pertimbangannya, Instalasi Farmasi Bethesda Yogyakarta sebagai Instalasi
penyedia obat-obatan merupakan bagian cukup penting dalam pelayanan di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta.
D. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang masalah
di atas, maka masalah yang akan menjadi topik bahasan dalam penelitian ini,
yaitu bagaimana analisis audit operasional atas kinerja Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta.
E. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan,
tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis audit operasional atas kinerja
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
F. Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
yaitu:
1. Manfaat
Teoritis:
Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
bahan penelitian berikutnya.
2. Manfaat
Praktis:
a. Bagi
Penulis
Manfaat yang dapat di ambil dari penulisan ilmiah ini
adalah dapat menambah pengetahuan mengenai audit operasional khususnya pada
ruang lingkup rumah sakit.
b. Bagi
Universitas
Penulisan ilmiah ini diharapkan menjadi suatu bahan
pustaka, referensi, serta dapat membantu pembaca, khususnya mahasiswa yang
mempunyai minat untuk meneliti pengaruh audit operasional terhadap kinerja di
instalasi farmasi rumah sakit umum.
c. Bagi
Pihak Manajemen Rumah Sakit
Penulisan ilmiah ini diharapkan menjadi bahan
pertimbangan dan masukan untuk perkembangan yang lebih lanjut mengenai kinerja
pelayanan pegawai di rumah sakit tersebut serta mengambil tindakantindakan
koreksi yang dibutuhkan pada Instalasi Farmasi.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar