tulisan 9 & 10
Sejarah J.CO Donuts & Coffee –
Dunkin Donuts
J.CO dimiliki oleh Johnny Andrean, seorang pemilik jaringan BreadTalk di Indonesia. J.CO diilhami dari donat USA. Johnny yang sering melakukan perjalanan bisnis ke USA, mendapatkan kesempatan menikmati berbagai jenis donat dengan rasa dan keunikan yang berbeda. Pada mulanya, ia ingin membeli waralaba suatu jaringan pemasaran donat USA, tetapi ia mendapatkan beberapa keterbatasan pada produknya. Keterbatasa itu ada pada bahan baku dan kelemahan dalam pengendalian kualitas.
Jadi,
dengan demikian Johnny memutuskan untuk mengembangkan produksi donatnya sendiri
tanpa harus membeli francise donat dari USA. Ia memilih untuk
menghasilkan bentuk dan rasa donat yang sempurna sebagaimana yang pernah ia
coba di USA, dengan memfokuskan secara khusus pada mutu bahan baku dan proses
produksi.
Sekembali ke Indonesia, ia kemudian mengembangkan sebuah gerai toko donat dengan konsep, bentuk dan rasa yang mirip dengan gerai donat USA. Johnny sejauh ini telah mengamati bahwa tidak ada satu pun gerai donat di Indonesia yang mempunyai konsep dapur terbuka, karenanya ia memulainya di J.CO. Maka, selain mempunyai rasa yang berbeda, konsep toko juga dibuat sebagai dapur terbuka sehingga konsumen-konsumen dapat melihat berbagai atraksi dalam pembuatan donat, dari mencampurkan bahan-bahan sampai menjadi donat siap dijual. Donat J.Co dibuat menggunakan mesin-mesin, baik saat mencampurkan bahan-bahan, memasak dan membuat topping donat. Satu-satunya tenaga manusia yang dilibatkan hanya pada saat pencetakan donat. Yang juga menggunakan alat bantu cetakan.
Semua mesin yang digunakan sepenuhnya diimpor dari USA. Begitu juga dengan bahan-bahan dasar, lebih dari 50% diimpor dari luar negeri. Seperti cokelat yang diimpor dari Belgia dan susu dari Selandia Baru. Juga, untuk minuman, bahan-bahannya kebanyakan diimpor pula. Sebagian kopi bubuk diimpor dari Italia dan Costa Rica. Berdasarkan semua inilah, J.CO diposisikan sebagai produk bermutu premium di pasaran donat Indonesia. Sebagian pihak mungkin berpendapat bahwa logo J.CO memiliki kemiripan dengan logo Starbucks, tetapi jika diperhatikan dengan teliti, itu berbeda. Bentuk bulatnya boleh jadi sama,tapi itu bukanlah sebuah trademark.
J.CO Donuts & Coffee menggunakan simbol burung merak pada logo mereka. Merak ini menyimbolkan keindahan, kerapian, kelembutan dan keabadian. Keindahan dan kehalusan dicerminkan dari rasa dan bentuk donat. Sementara keabadian dapat dilihat dari kesetiaan konsumen yang bersedia berdiri mengantri panjang di gerai-gerai hanya untuk mendapatkan donat J.CO favorit mereka.
Sekembali ke Indonesia, ia kemudian mengembangkan sebuah gerai toko donat dengan konsep, bentuk dan rasa yang mirip dengan gerai donat USA. Johnny sejauh ini telah mengamati bahwa tidak ada satu pun gerai donat di Indonesia yang mempunyai konsep dapur terbuka, karenanya ia memulainya di J.CO. Maka, selain mempunyai rasa yang berbeda, konsep toko juga dibuat sebagai dapur terbuka sehingga konsumen-konsumen dapat melihat berbagai atraksi dalam pembuatan donat, dari mencampurkan bahan-bahan sampai menjadi donat siap dijual. Donat J.Co dibuat menggunakan mesin-mesin, baik saat mencampurkan bahan-bahan, memasak dan membuat topping donat. Satu-satunya tenaga manusia yang dilibatkan hanya pada saat pencetakan donat. Yang juga menggunakan alat bantu cetakan.
Semua mesin yang digunakan sepenuhnya diimpor dari USA. Begitu juga dengan bahan-bahan dasar, lebih dari 50% diimpor dari luar negeri. Seperti cokelat yang diimpor dari Belgia dan susu dari Selandia Baru. Juga, untuk minuman, bahan-bahannya kebanyakan diimpor pula. Sebagian kopi bubuk diimpor dari Italia dan Costa Rica. Berdasarkan semua inilah, J.CO diposisikan sebagai produk bermutu premium di pasaran donat Indonesia. Sebagian pihak mungkin berpendapat bahwa logo J.CO memiliki kemiripan dengan logo Starbucks, tetapi jika diperhatikan dengan teliti, itu berbeda. Bentuk bulatnya boleh jadi sama,tapi itu bukanlah sebuah trademark.
J.CO Donuts & Coffee menggunakan simbol burung merak pada logo mereka. Merak ini menyimbolkan keindahan, kerapian, kelembutan dan keabadian. Keindahan dan kehalusan dicerminkan dari rasa dan bentuk donat. Sementara keabadian dapat dilihat dari kesetiaan konsumen yang bersedia berdiri mengantri panjang di gerai-gerai hanya untuk mendapatkan donat J.CO favorit mereka.
Masing-masing
donat dinamai secara kreatif berdasarkan topping dan rasa. Hal ini
menciptakan suatu keunikan dan mudah untuk diingat, sebagai contoh, Chees Me Up
adalah nama untuk donat dengan keju leleh di lapisan atas. Tira Miss U adalah
nama untuk donat dengan topping tiramisu. Johnny membutuhkan tiga tahun
sebelum meluncurkan J.CO Donuts & Coffee ke pasar Indonesia. Tiga tahun
digunakannya untuk mempersiapkan standar dan prosedur produksi, pemilihan bahan
baku, memperbaiki mutu dan proses produksi produk, serta operasional bisnis.
Waralaba Menjadi Darahnya
Rosenberg
begitu semangat dengan konsep waralaba sehingga ia mendirikan International
Franchise Association (IFA) pada tahun 1960. Meski IFA mempunyai efek yang
relatif sedikit terhadap Dunkin' Donuts, IFA telah terbukti memberikan manfaat
yang besar untuk pewaralaba dan perusahaan induk mereka. Dewasa ini, organisasi
ini melampaui lebih dari 30.000 anggota pewaralaba dan 800 perusahaan waralaba.
Filsafat waralabanya membantu perusahaannya berekspansi pada dekade-dekade
berikutnya, dan saat ini Dunkin' Donuts mempunyai lebih dari 6.700 lokasi di 29
negara; dari Aruba sampai UAE. Mereka mengaku melayani lebih dari 27 juta
pelanggan dalam sehari! Rosenberg meninggal di tahun 2002 pada umur 86 tahun.
Produk dan Iklanan Yang Masif dan Populer
Meski
donat terus berada di daftar teratas dalam kepala setiap orang ketika mereka
berpikir tentang Dunkin' Donuts, perusahaan ini juga telah mengukir namanya
pada bisnis kopi. Dunkin’ Donuts merupakan pedagang ritel paling luas di
Amerika untuk kopi yang dijual per cangkir, mereka melayani hampir suatu milyar
cangkir untuk tiap-tiap tahunnya. Kira-kira sebanding dengan 30 cangkir per
detik! Ada suatu semangat kepeloporan pada Dunkin' Donuts dalam hal menciptakan
produk-produk donat tipe baru. Perusahaan mengusulkan Munchkins pada tahun
1972, yang berbentuk kecil, bola sebesar "lubang donat" yang
dicelupkan dalam berbagai balutan selai atau krim. Lebih dari 700 juta
Munchkins dijual tiap tahunnya.
Satu hal yang menjadi bagian penting dari Dunkin' Donuts adalah sejarah iklan televisi mereka yang sangat sukses. Perusahaan ini bekerja sama dengan klub-klub olah raga profesional di USA dan mengontrak premium bintang-bintang mereka.
Satu hal yang menjadi bagian penting dari Dunkin' Donuts adalah sejarah iklan televisi mereka yang sangat sukses. Perusahaan ini bekerja sama dengan klub-klub olah raga profesional di USA dan mengontrak premium bintang-bintang mereka.
Kepemilikan
Bersama Togo's (rantai penjualan sandwich) dan Baskin Robbins (perusahaan eskrim), Dunkin's Donuts saat ini merupakan bagian dari Dunkin's Brands Inc. Salah satu dari konsep waralaba yang populer pada masa lampau menjadikan ketiga perusahaan makanan tersebut berada di bawah satu atap.
Bersama Togo's (rantai penjualan sandwich) dan Baskin Robbins (perusahaan eskrim), Dunkin's Donuts saat ini merupakan bagian dari Dunkin's Brands Inc. Salah satu dari konsep waralaba yang populer pada masa lampau menjadikan ketiga perusahaan makanan tersebut berada di bawah satu atap.
Pernod
Ricard SA., seorang konglomerat hidangan Prancis dahulunya memiliki korporasi
yang ada, tetapi tiga perusahaan swasta di USA membentuk struktur seperti
sekarang ini yaitu perusahaan kongsi pada tahun 2006. Perusahaan itu adalah
Bain Capital Partners, the Carlyle Group, dan Thomas H.H. Partners.
Strategi
pemasaran menggunakan Marketing Mix untuk J.CO Donuts&Coffee dan
Dunkin’ Donuts.
Product :
Sebenarnya
ketakutan terbesar J'Co adalah di produk. Apabila dilakukan blind test terhadap
produk, rasa Dunkin Donuts lebih familiar dan enak dibandingkan dengan J'Co.
J'Co buat produk yang inovatif, mereka buat produk2 yang lebih menarik dari segi
penampilan donut. Product Dunkin Donuts digunakan untuk menjadi tambalan dari besar dan penuh. donat mulai semakin
kecil dan lebih kecil dan mengisi kurang dan kurang
dan di Dunkin Donut’s Krispy Kreme. Dunkin Donut’s memiliki 52 pilihan yang
berbeda.
Place
:
Disini JCO
lebih menarik strateginya. Dunkin Donuts lebih tinggi saat itu, nah untuk
kesadaran J'Co memilih mal2 besar di kota2 besar dan lokasi2 yang strategis,
lokasi yang mudah dilihat dan dijangkau consumer. Kemudian dari segi interior
dan eksterior.
Promotion
:
Dalam segi
promosi JCO lebih bagus menarik perhatian konsumen dibandingkan dengan
Dunkin’Donuts , oleh karena itu sering kita liat konsumen lebih memilih JCO
dibandingkan dengan Dunkin’Donuts.
Price
Dalam
masalah harga JCO Donuts & Coffee lebih mahal dibandingkan dengan
Dunkin’Donuts , ini dikarenakan JCO Donuts & Coffee lebih diminati oleh
para konsumen sedangkan Dunkin Donuts tidak begitu terlalu mahal.
Komentar
Posting Komentar