BAB IX
ILMU
PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
1. PENGERTIAN
ILMU
Ilmu adalah
sesuatu yang dapat membuat seseorang untuk lebih mengerti akan suatu hal dengan
cara melalui pengajaran. Ilmu bisa diperoleh melaui lingkungan sekitar ataupun
di dalam lembaga pendidikan seperti sekolah, akademi, universitas, ataupun
lembaga bimbingan. Ilmu dibagi menjadi dua, yaitu ilmu akademik dan ilmu
non-akademik.
Kualitas
hidup dari seseorang sangat dipegaruhi oleh ilmu yang dimiliki. Semakin tinggi
ilmu yang dimiliki maka peluang seseorang untuk meningkatkan kualitas hidup
menjadi semakin terbuka lebar. Untuk menuntut ilmu yang nantinya dapat
dimanfaatkan untuk bekerja, maka didirikanlah suatu lembaga pendidikan. Dengan
adanya lembaga pendidikan diharapkan seseorang dapat memperoleh ilmu secara
formal yang disertai dengan adanya bukti kelulusan yang nantinya dapat
dimanfaatkan untuk melamar pekerjaan di suatu instansi.
2. 4
HAL SIKAP ILMIAH
Sikap ilmiah
adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan
tugasnya (memelajari, meneruskan, menolak/menerima serta mengubah/menambah
suatu ilmu). Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif
diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
· Tidak
ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang
obeyktif .
· Selektif,
artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung
oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada
· Kepercayaan
yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam
budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
· Merasa
pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai
kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
3. TEKNOLOGI
Teknologi
adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan
semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk
mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
Yang dimaksud dengan
teknologi tepat guna adalah suatu teknologi yang telah memenuhi tiga syarat
utama yaitu :
1.Persyaratan Teknis,
yang termasuk di dalamnya adalah :
•» memperhatikan
kelestarian tata lingkungan hidup, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan
sumber energi setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan impor.
•» jumlah produksi
harus cukup dan mutu produksi harus diterima oleh pasar yang ada.
•» menjamin agar
hasil dapat diangkut ke pasaran dan masih dapat dikembangkan, sehingga dapat
dihindari kerusakan atas mutu hasil.
•» memperlihatkan
tersedianya peralatan serta operasi dan perawatannya.
2.Persyaratan Sosial,
meliputi :
•» memanfaatkan
keterampilan yang sudah ada
•» menjamin timbulnya
perluasan lapangan kerja yang dapat terus menerus berkembang
•» menekan seminimum
mungkin pergeseran tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
•» membatasi sejauh
mungkin timbulnya ketegangan sosial dan budaya dengan mengatur agar peningkatan
produksi berlangsung dalam batas-batas tertentu sehingga terwujud keseimbangan
sosial dan budaya yang dinamis.
Selain
menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah
pelaksanaan kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak
negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan
teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja
makin bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi
yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang.
4. ILMU
PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu
pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini
besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan
pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapan ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering kurang memperhatikan
masalah nilai, moral atau segi-segi manusiawinya. Keadaan demikian tidak luput
dari falsafah pembangunannya itu sendiri, dalam
menentukan pilihan
antara orientasi produksi dengan motif ekonomi yang kuat, dengan orientasi
nilai yang menyangkut segi-segi kemanusiaan yang terkadang harus dibayar lebih
mahal.
Ilmu dapatlah
dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika (Jujun S.
Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu merupakan hasil
darikegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakunya baik
secara individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu
sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan yang diakui
secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji
kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat
dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena ilmu selain
universal, komunal, juga alat menyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu
saja mudah menerima kebenaran.
IImu adalah bukan
tujuan tetapi sebagai alat atau sarana dalam rangka meningkatkan taraf hidup
manusia. dengan memperhatikan dan mengutamakan kodrat dan martabat manusia
serta menjaga kelestarian lingkungan alam.
Kini sikap ilmuwan
dibagi menjadi dua golongan :
1) Golongan
yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai
baik secara ontologis maupun secara aksiologis, soal penggunaannya terserah
kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau tujuan
buruk. Golongan ini berasumsi bahwa kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai
nilai, sehingga nilai-nilai kemanusiaan Iainnya dikorbankan demi teknologi.
2) Golongan
yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya dalam
batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya
harus berlandaskan pada asas-asas moral atau nilai-nilai. golongan ini
berasumsi bahwa ilmuwan telah mengetahui ekses-ekses yang terjadi apabiia ilmu
dan teknologi disaIahgunakan. Nampaknya iImuwan goiongan kedua yang patut kita
masyarakatkan sikapnya sehingga ilmuwan terbebas dari kecenderungan “pelacuran”
dibidang ilmu dan teknologi, dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Upaya untuk
menjinakkan teknologi diantaranya :
1) Mempertimbangkan
atau kalau perlu mengganti kriteria utama dalam menolak atau menerapkan suatu
inovasi teknologi yang didasarkan pada keuntungan ekonomis atau sumbangannya
kepada pertumbuhan ekonomi.
2) Pada
tingkat konsekuensi sosial, penerapan teknologi harus merupakan hasil
kesepakatan ilmuan sosial dari berbagai disiplin ilmu.
5. KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan
apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok
seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain.
Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2. Posisi
manusia dalam lingkungan sekitar
3. Kebutuhan
objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalamhal ini
garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam
lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan
bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan
objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi
pangan apakah benilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai
dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan
lingkungan yang dialaminya.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa dan tertuangkan dalam
nilai uang sebgai patokan bagi penetapan pendapatan minimal yang diperlukan,
sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan minilam ( versi
bank dunia, dikota 75 $ dan desa 50 $ AS perjiwa setahun, 1973) ( berapa
sekarang ? ).
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan
memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak
memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,
seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
3. Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5. Banyak yang
hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikatagorikan kedalam tiga
unsur :
1. Kemiskinan
yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang
2. Kemiskinan yang
disebabkan oleh bencana alam
3. Kemiskinan
buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan
manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah
kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur buatan manusia,
baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural. Selaindisebabkan oleh
hal-hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh sikap “penenangan” atau “nrimo”,
memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan. Kemiskinan
menjadi suatu kebudayaan atau subkultur, yang mempunya struktur dan way of life
yang telah turun temurun melalui jalur keluarga. Kemiskinan (yagn membudaya)
itu disebabkan oleh dan selama proses perubahan sosial secara fundamental,
seperti transisi dari feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yang
cepat, kolonialisme, dsb.obatnya tidak lain adalah revolusi yang sama radikal
dan meluasnya.
6. PENDAPAT
Menurut
pendapat saya, fungsi asal ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan pelayan
bagi manusia dalam rangka mempermudah permasalahan kemanusiaan itu sendiri. Dan
ini tidak berarti bahwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi lantas dengan
serta merta orang dapat kaya, atau sebaliknya tanpa ilmu pengetahuan dan
teknologi seseorang berada dalam kemiskinan. Sebagai pelayan manusia, ilmu
pengetahuan dan teknologi bertugas mengemban amanah untuk dapat menyelesaikan,
atau minimal memperkecil masalah kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan,
serta memberikan berbagai kemudahan. Fakta yang terjadi adalah tugas ilmu pengetahuan
dan teknologi saat ini belum memberikan hasil maksimal karna faktanya kondisi
ekonomi di Negara kita saat ini hakekatnya ialah belum merata. Oleh karena itu
diharapakan dengan semakin majunya iptek maka kesejahteraan rakyat pun semakin
meningkat, dan kemiskinan dapat dihapuskan.
7. REFERENSI
Komentar
Posting Komentar